Thursday, January 24, 2008

Untuk Ibu


Pagi ini kulihat senyumannya yang khas menghiasi wajah cantiknya. Kupandangi lebih seksama, terlihat keriput diwajahnya mulai bertambah, walaupun begitu, tak mengurangi kecantikan wajahnya. Tangannya sering terasa kaku dan pegal, itu karena penyakit reumatik yang dimilikinya, sehingga dengan berlama-lama ditempat basah dapat menyebabkan tangan beliau kram. Namun, urung juga dilakukan semua pekerjaan rumah dengan senyuman. Terbayang dibenakku.. begitulah seorang ibu. Ibu super yang bisa kuandalkan, bisa menjadi teman berbagi, teman bercerita, dan tempat kasih sayang tulus dan murni kudapatkan. Kurasakan, bahwa dialah orang yang paling kusayangi didunia ini. Tempat kembali pulang dari kepenatan yang kualami diluar rumah. Dengan melihat wajah cerahnya, dengan merasakan bau tubuhnya, dengan merasakan dekapan dan usapan tangannya, kurasakan kegembiraan tiada tara. Sampai kapan nikmat ini kan kupunya dan kurasakan.. wallahualam bishowab. Serasa diri ini belum sanggup ketika suatu saat nanti Allah memanggilnya terlebih dahulu dari kehidupanku. Tetapi bila sebaliknya?

Sebagai seorang anak, mungkin kehadiranku dirasa tak memadai dirumah “bahagia” ini. Walaupun terkadang ku coba memberi sedikit arti, tapi itu bagai tetesan air dilautan luas. Tak sebanding…Terkadang protes dan wajah cemberutnya kudapati diantara serentetan kesibukanku dalam pekerjaan dan aktivitas dakwah. Aku mengerti, aku memahami kesepian, dan kelelahan yang dirasakan olehnya. Aku takkan marah, paling yang kulakukan Cuma menggelayut dan mencoba membuatnya kembali tersenyum dengan rayuan dan gurauanku.
Waktu yang kita lewati seakan berlalu tanpa makna. Kenapa kalau menyangkut masalah keluarga ada yang terabaikan? Kenapa kalau menyangkut masalah keluarga ada yang tak terjejak mata, tak teraba tangan dan tak terasa jiwa. Semua terabaikan. Semuanyakah? Apakah karena mereka satu-satunya yang akan menerima kita walaupun setumpuk kesalahan telah kita lakukan? Apakah karena mereka yang paling mengerti diri kita ditengah kemarahan yang terasa? insyaAllah kita semua tahu jawabannya......
Terkadang, banyak hal yang terlewatkan dari semua hal yang kita lakukan. Bukan sekedar ucapan sayang, bukan sedekar ucapan cinta untuk sang bunda. Bukan sekedar itu saja. Tetapi semua itu butuh pengejawantahan, bukan sekedar dimulut dan ucapan saja, butuh tindakan nyata, dan lakukan sebelum semuanya terlambat. Dan ingatlah, berbakti terhadap ibu dan bapak kita tidak terpaut ruang dan waktu, karena kasih sayang dan do’a anak untuk kedua orang tuanya dan sebaliknya kan menghilangkan ruang dan waktu itu sendiri. Dan yang terakhir, sesungguhnya kebaikan apapun yang kita lakukan tak kan sanggup untuk membalas semua kasih sayang yang telah tercurahkan dan tertumpahkan untuk kita. Itulah sebuah tausyah yang ku dapatkan dari seorang kawan. Dan kini kucoba mengejanya dalam barisan kata-kata dan ungkapan jiwa untuk ku telaah dan kubagikan bagi seluruh sahabat terbaik.
Ibu.. terimakasih atas semua kasih sayang yang telah kudapatkan….

Untuk ibu tersayang
Dari anakmu yang berusaha menjadi “anak sholehah” bagimu.

sumber : www.opsezi.com

No comments: